Suku Kubu (Suku Anak Dalam)
Pada awalnya untuk dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya, Suku Anak Dalam, melaksanakan kegiatan berburu, meramu,
menangkap ikan dan memakan buah-buahan yang ada di dalam hutan. Namun dengan
perkembangan pengetahuan dan peralatan hidup yang digunakan akibat adanya
akulturasi budaya dengan masyarakat luar, kini telah mengenal pengetahuan
pertanian dan perkebunan. Mereka hidup secara nomaden dan
mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun banyak dari mereka
sekarang telah memiliki lahan karet dan pertanian lainnya.
Kehidupan mereka sangat mengenaskan
seiring dengan hilangnya sumber daya hutan yang ada di Jambi dan Sumatera
Selatan, dan proses-proses marginalisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan
suku bangsa dominan (Orang Melayu) yang ada di Jambi dan Sumatera Selatan. Mayoritas
suku kubu menganut kepercayaan animisme. Dikalangan orang melayu, Suku Kubu cukup ditakuti. selain mudah marah,
mereka juga ditakuti karena ilmu ghaibnya. Suku kubu biasanya mempunyai
ilmu-ilmu ghaib seperti ilmu pemikat (pelet), ilmu Bulek Kolo (apa yang
diucapkan terjadi), ilmu terawangan, ilmu pelaris, ilmu roh jolong (merega
sukma), dan ilmu penarik rizeki.
Pemerintah telah berupaya memberikan
pendidikan kepada suku kubu agar mereka dapat mengikuti perkembangan zaman.
Pemerintah juga mendirikan perkampungan trans bagi suku kubu agar mereka mulai
hidup menetap dan tidak berpindah-pindah lagi. Suku Kubu juga Sangat antusias
terhadap pendidikan. Khususnya suku kubu dari wilayah sumatera selatan. Mereka
sangat bersemangat mengikuti belajar di sekolah. Tak hanya anak-anak saja yang
bersekolah akan tetapi juga orang dewasa pun mengikutinya. Mereka berpikir
bahwa dengan bersekolah mereka akan pintar dan tak mudah untuk dibodohi oleh
orang luar. Walaupun masih ada sebagian kelompok yang masih hidup
berpindah-pindah, namun mereka sudah memakai baju layaknya orang biasa. Cara berpakaiannya pun kini bervariasi,
yaitu :
(1) bagi yang tinggal di hutan dan berpindah-pindah pakaiannya sederhana
sekali, yaitu cukup menutupi bagian tertentu saja.
(2) yang tinggal di hutan
tetap menetap, di samping berpakaian sesuai dengan tradisinya, juga terkadang
menggunakan pakaian seperti masyarakat umum seperti baju, sarung atau celana,
(3) yang tinggal berdekatan dengan pemukiman masyarakat luar atau desa,
berpakaian seperti masyarakat desa lainnya. Namun kebiasaannya tidak
menggunakan baju masih sering ditemukan dalam wilayah pemukimannya.
Namun upaya pemerintah tersebut kurang
berjalan mulus di provinsi Jambi. Suku kubu Jambi merupakan suku yang memegang
erat budaya mereka. mereka tidak dengan mudah menerima budaya luar. Jika kita
melihat pola kehidupan dan penghidupan mereka, hal ini disebabkan oleh
keterikatan adat istiadat yang begitu kuat. Hidup berkelompok yang
berpindah-pindah dengan pakaian hanya sebagian menutupi badan dengan kata lain
mereka sangat tergantung dengan hasil hutan / alam dan binatang buruan. Semua bentuk dan jenis peralatan yang
digunakan dalam mendukung dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup nya sangat
sederhana sekali. Bangunan tempat tinggalnya berupa pondok yang terbuat dari
kayu dengan atap jerami atau sejenisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar